Senin, 12 November 2012

ziarah muharom - doa akhir dan awal tahun

malam 1 muharom 1434H atau malam 1 suro, insya Alloh bertepatan dengan kalender masehi 14 Nopember 2012. Jika tahun baru kalender non islam saja diperingati dan diisi dengan berbagai kegiatan yang "luar biasa" heboh. mengapa tahun baru kita seolah hanya angin lalu? 
kami beserta kawan-kawan, telah beberapa tahun berusaha meminimalisir stigma tersebut. sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, amaliyah menjemput awal tahun diawali dengan membaca "hasbunalloh wani'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir 450x menjelang maghrib/akhir waktu ashar. dilanjutkan membaca doa akhir tahun, sholat maghrib lalu membaca doa awal tahun berikut ini.


DOA AWAL TAHUN
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#


وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. أَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَبَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلأَوَّلُ وَعَلىَ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وُجُوْدِكَ الْمُعَوَّلِ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ نَسْئَلُكَ الْعِصْمَتَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ وَجُنُوْدِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلأَمَارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلإِسْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَ لِ وَاْلإِكْرَامِ يَا أَرْحَمَ الَّراحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ آمِيْنَ.
LATIN :
Bismillahirrohmaanirrohim. Washolla-llohu ‘ala sayidina wa maulana muhammadin wa ‘ala aalihi washohbihi wasallam, Allohumma antal-abadiyyul qodimul awwalu wa ‘ala fadh-likal ‘azhimi wujudikal mu’awwali wa hadza ‘aamun jadid , qod aqbala nas-alukal ‘ishmata fihi minasy-syaithoni wa awliyaihi wa junudihi wal ‘auna ‘ala hadzihin-nafsil amaroti bissuu’. Wal istigholi bima yuqorribuni ilayka zulfa ya dzal jalali wal-ikromi ya arhamar-rohimin. Washolla-llohu ‘ala sayidina wa maulana muhammadin wa ‘ala aalihi wa ash-habihi wasallama.....aamiin.

ARTINYA :
Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. أَللَّهُمَّ مَا عَِملْتُ فِيْ هَذِهِ السَّنَةِ مِمَّانَهَيْتَنِيْ عَنْهُ فَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلِمْتَ عَلَى بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعْوَتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْهُ بَعْدَ جُرْأَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّيْ أَسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْلِيْ, وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْ تَنِيْ عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَللَّهُمَّ يَا كَرِيْمُ يَاذَالْجَلاَ لِ وَاْلإِكْرَامِ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّيْ وَلاَ تَقْطُعْ رَجآ ئِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ, وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. 

setelah itu dilaksanakan mujahadah membaca surat ikhlas 1000x, sholat isyak dan ngaos barang satu atau dua shohifah, dilanjutkan dengan selamatan nasi kluban. malamnya, untuk tahun ini kami isi dengan ziarah kemakam kekasih Alloh, simbah kyai nur muhammad ngadiwongso salaman magelang dan ke makam simbah kyai nachrowi dalhar watu congol, gunungpring muntilan magelang. setelah itu lek-lekan wiridan dengan memperbanyak amaliyah muharom seperti: puasa, sholat, silaturahim, sowan 'ulama, nganggo celak, adus keramas, tilik wong lara, ngusap sirah bocah yatim, shodaqoh, mayoran, ngethok kuku. (i'anatuth-tholibin juz 2: 27)

Sholawat dan puji-pujian antara adzan dan iqomah

Bila difahami lebih mendalam seringkali sebuah laku ibadah memiliki nilai ganda. Satu nilai spiritual yang berorientasi Yang Maha Kuasa (hablum minallah), Sisi lain nilai social (hablum minan nas) menjadi syiar bagi Islam itu sendiri. Misalnya shalat Jum’ah, ibadah haji, Adzan  dan lain sebagainya. Akan tetapi sebagian kaum muslim tidak dapat memahami hal ini dengan baik. Malahan sebaliknya, laku ibadah itu menjadi sumber perdebatan yang ujungnya bermuara pada pembelaan ego sebuah kelompok tertentu. Sehingga yang terjadi adalah saling tuding bid’ah dan klaim-klaim primordial

Sebut saja perdebatan mengenai hukum khatib memegang tongkat dalam shalat jum’at. Atau hukum berziarah ke tempat-tempat bersejarah di Makkah-Madinah ketika haji. Atau sekedar membaca shalawat setelah adzan dalam setiap shalat dan masih banyak lagi lainnya. Perdebatan semacam ini tidak harus terjadi apabila kaum muslimin memahami konteks sebuah laku ibadah.
Di sinilah perlunya klarifikasi hukum berdasar pada dalil hadits maupun sunnah. Seperti dalil seputar pembacaan shalawat kepada Nabi setelah adzan yang asal hukumnya adalah sunnah, dan tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim (hadits no. 384), dan Abu Dawud (hadis no. 523). Yaitu:
اِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَأَ فَقُوْلُوْا مَثَلُ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ.
Artinya: Ketika kalian mendengarkan adzan maka jawablah, kemudian setelah itu bacalah sholawat kepadaku. (H.R. Muslim dan Abu Dawud)
Pendapat di atas ini juga didukung  oleh Imam Jalaludin as-Suyuthi, Ibnu Hajar al-Haitsami, Syeikh Zakariya al-Anshari, dan lain lain.
Imam Ibnu Abidin dalam ‘hasyiyahnya’ mengatakan, bahwa pendapat yang didukung oleh Madzhab Syafi’i dan Hanbali adalah pendapat yang mengatakan shalawat setelah adzan adalah sunah bagi orang yang adzan dan orang yang mendengarkannya.
Para ulama memberikan penjelasan bahwa, pada hakikatnya puji-pujian setelah adzan adalah dalam kategori bid’ah hasanah.
Sedangkan pengamalan puji-pujian secara popular baru mulai sekitar tahun 781 H, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Abidin dalam kitab “Hasiyah” yang merujuk pada pendapat Imam as-Sakhawi.
Dalam kitab “taj al-jami” ada dijelaskan bahwa :
اَلصَّلاَةُ بَعْدَ اْلاَذنِ سُنَّةٌ لِلسَّامِعِ وَاْلمُؤَذّنُ وَلَوْ بِرَفْعِ الصَّوْتِ, وَعَلَيْهِ الشَّافِعِيَّة وَاْلحَنَابِلَة وَهِيَ بِدْعَةٌ حَسَنَةٌ .
Artinya : Membaca shalawat setelah adzan adalah sunah, baik bagi orang yang adzan maupun orang yang mendengarkannya, dan boleh mengeraskan suara. Pendapat inilah yang didukung oleh kalangan madzhab Syafi’iyah, dan kalangan madzhab Hanbali.

Sumber "Tradisi Amalian NU dan Dalilnya", LTM-PBNU, Jakarta, 2011 (Redaktur: Ulil Hadrawi)

Saudi Bakal Hancurkan Makam Nabi dan Sahabat

Jakarta, NU Online
Pemerintah Saudi Arabia berencana menghancurkan situs penting Islam  meliputi masjid Nabawi di Kota Madinah dan beberapa situs penting lainnya.

Rezim Al Saud yang menguasai pemerintahan di Arab Saudi berencana menghancurkan tiga masjid tertua di dunia dalam ekspansi multi miliar pound, dalam sebuah laporan yang dikutip Fars News, Ahad (28/10/2012).

Masjid Nabawi di Madinah, di mana Rasullulah Muhammad dimakamkan, akan dihancurkan bulan depan usai musim haji tahun ini. Rencananya, pembangunan itu akan mengubah masjid Nabawi menjadi gedung terbesar di dunia, dengan kapasitas 1,6 juta orang.

Rencana Saudi untuk meruntuhkan situs sejarah Islam yang paling dihormati oleh muslimin di dunia itu tentu saja amat mengejutkan.

Menurut rencana, sebagian besar perluasan Masjid Nabawi akan diperlebar sisi Barat masjid, yang di sana berada makam pendiri Islam dan dua khalifah pertama Islam Abu Bakar dan Umar.

Menurut Kementerian Urusan Islam Saudi Arabia yang menerbitkan sebuah pamflet tahun 2007 silam dan disusun oleh Mufti Besar Arab Saudi, Abdulaziz al-Sheikh, bahwa penghancuran kubah masjid dan meratakan makam Nabi Muhammad, Abu Bakar dan Umar berdasarkan fatwa Abdulaziz al-Sheikh.

Dr Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Warisan Islam (Islamic Heritage Research Foundation) mengatakan sudah 10 kegiatan tahunan terkait perusakan situs Islam di Arab Saudi.

“Membisunya kaum Muslimin atas penghancuran Mekkah dan Madinah adalah bencana dan kemunafikan terbesar,” tegasnya.

“Film tentang pelecehan Nabi Muhammad jadi protes di seluruh dunia, tapi penghancuran tempat kelahiran Nabi, dimana Rasulullah Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan hancur tanpa kritik apa pun,” pungkasnya.

Redaktur: Mukafi Niam
Sumber  : lensaindonesia.com